Monday, December 10, 2012

Muhammad Ali and A Rising Star



"Allah is the Greatest. I'm just the greatest boxer." 

"Religions all have different names, but they all contain the same truths. ... I think the people of our religion should be tolerant and understand people believe different things."

"I am the greatest! I'm the greatest thing that ever lived. I don't have a mark on my face, and I upset Sonny Liston, and I just turned twenty-two years old. I must be the greatest."

"My soul has grown over the years, and some of my views have changed. As long as I am alive, I will continue to try to understand more because the work of the heart is never done."








Tuesday, October 30, 2012

Industri Kreatif dari Bandung



Negara yang selalu menciptakan kreatifitas akan menjadi terdepan dalam persaingan global saat ini. Manusia-manusia yang kreatif adalah manusia yang mampu bertahan dalam setiap kondisi. Dan pengusaha-pengusaha kreatif adalah mereka yang akan menguasai pasar dan berkontribusi besar pada perekonomian nasional.

Industri berbasis kreatifitas merupakan penggambungan antara industry berbasis kekayaan alam (SDA), sumberdaya manusia (SDM), dan industry berbasis teknologi, yang dikemas dalam konsep inovasi berkembang dalam ilmu pengetahuan yang diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi dengan konsep-konsep kreatifitas. Ini merupakan akibat transformasi industry dalam perekonomian global.

Salah satu tugas dari mata kuliah Technopreneurship yang disampaikan oleh Bapak Mustofa Hayat adalah mencari salah satu usaha kreatif lokal. Kementerian Perdagangan mengelompokan industri kreatif kedalam 14 kelompok, dan indutri fashion masuk kedalam kelompok ketujuh. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka saya memilih Kaos Buatan Bandung Bagus Bagus sebagai salah satu industri kreatif dari Bandung.
Kreatifitas orang Bandung memang tak pernah mati. Bak jamur, satu kreatifitas melahirkan kreatifitas lainnya. Setelah di tahun 93-an muncul rumah kreatifitas yang bergerak dibidang aksesoris dengan nama Bagus-bagus, sebagai turunannya, muncul Boeatan Bandung Bagus-bagus yang baru berdiri di tahun 2008.  Berawal dari anggapan bahwa orang Bandung itu memiliki kreatifitas dari segi apapun. Ketika negara- negara lain memiliki kebanggaan dengan membuat merchandise apapun tentang negaranya, mulai dari pembuatan pernak-pernik hingga gantungan kunci. Dari pemikiran itulah muncul keinginan untuk membuat merchandise untuk kota Bandung. 

Setiap bulannya, Boeatan Bandung Bagus-bagus mengeluarkan 20 desain t'shirt  berseri dengan pin dan stiker.  Mengeluarkan edisi mug, aneka kaulinan barudak seperti toleat, kolecer yang bisa dijadikan pajangan. Bulan berikutnya akan dikeluarkan edisi pemantik khas Boeatan Bandung. Setiap edisi bisa berseri setiap bulannya.  Misalnya, untuk kaos selalu ada produk lain dengan desain atau tipografi yang sama, bisa pin atau stiker.

Uniknya, pengemasan t'shirt menggunakan buluh bambu yang di desain sedemikian rupa hingga terlihat begitu artistik.  Bambu sebagai salah satu khas etnis Sunda. Dengan bambu, akan lebih ramah lingkungan sekaligus sebagai bentuk artikulasi tentang bambu. Dalam proses kreatifnya, Boeatan Bandung Bagus-bagus tak sekedar mencipta dan menjual, tetapi ada proses dialog terlebih dahulu dalam menunjukan ikon-ikon kota.

Misalnya Gedung monumental Bandung, Gedung Sate. Contoh lain untuk para orang tua yang dulu pernah main kebut-kebutan di Jalan Braga, tersedia kaos dengan tulisan 'Pernah Ngebut di Braga'. Untuk anak muda, dari segi tipografi ada kaos bertuliskan 'Distro, Cihampelas, Factory outlet, brownies amanda,.... Macet Pisan', dan lain-lain.

Proses kreatifnya sendiri melibatkan tiga desainer dan satu art director. Setiap konsep desain tak hanya menuangkan perpaduan warna dan nilai estetika, tetapi juga melibatkan nilai historikal. Misalnya, ada kaos bertuliskan Bandung 0 kilometer. Di atas kaos tersebut digambarkan peta Bandung berikut jarak per kilometernya.
Dari sisi edukatif akan mengeluarkan edisi permainan rakyat. Di mana di dalamnya terdapat gambar, pembuatan, berikut sejarah permainan rakyat tersebut. T'shirt bisa dibeli dengan harga  Rp 75 ribu.
Saat ini, Boeatan Bandung Bagus-bagus hanya berada di Kukuruyuk weekend Market, yang bisa diakses dari Jl. Mochamad Toha, dekat gerbang Tol Mochamad Toha. Sedangkan Bagus-bagus sendiri sudah bisa didapatkan di BSM, BIP, Paris Van Java dan beberapa mall lainnya di kota Bandung.

Pokoknya,  'Luak lieuk, turas taros, tuang teuing, olah oleh, Boetan Bandung Bagus-bagus' (Lihat-lihat, tanya-tanya, oleh-oleh, Boetan bandung Bagus-bagus),  demikian satu tulisan nyeleneh yang tertera di salah satu t'shirt buatan Boetan Bandung Bagus-bagus.

Monday, October 15, 2012

FOR SALE : JAKET NATIONAL GEOGRAPHIC

Tampak Depan
FOR SALE 
JAKET SPORTY NATIONAL GEOGRAPHIC ADIDAS 
Kondisi : Second 
Ukuran : L 

KETERANGAN : Bahan Adem, Enak Dilihat, Mudah digunakan, Mudah dibersihkan, Tidak Cepat Kusut, Bisa digunakan disegala suasana, Harga Dijamin Mahal Karena Tidak Mau Dibilang Murahan, Semenjak Dibeli 6 Bulan Yang Lalu Baru dicuci satu kali


Tampak Belakang
Bagi Anda yang berminat SMS : 08123652698
Yang Anda yang Tidak berminat SMS : 08136562548

Tuesday, October 02, 2012

Kisah Sukses Pengusaha Brownies Amanda

BROWNIES KUKUS AMANDA disebut oleh-oleh paling megang’ dari Bandung. Kue cokelat ini sejak beberapa tahun terakhir memang sangat ngetop. Rasanya, pulang dari Bandung tanpa brownies ini, seperti ada yang kurang. Siapa sangka, ketika memulai usaha dulu, kios brow­nies ini sempat terkena gusur.

KREATIVITAS MODIFIKASI RESEP
Kesuksesan brownies kukus Amanda ini mengagumkan. Bayangkan, dalam satu hari, lebih dari 1.000 loyang kue habis diserbu pembeli. Siapa menyangka, kue lezat ini merupakan hasil kreasi seorang ibu rumah tangga yang memodifikasi resep kue bolu kukus. Berawal dari ketidakpuasan mencoba resep bolu kukus dari seo­rang adiknya, Hj. Sumiwiludjeng (67), pada akhir 1999, mulai mengutak-utik resep itu untuk mendapatkan rasa yang lebih enak. Bagi indra pengecap Sumi, lulusan Tata Boga IKIP Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta), rasa bolu cokelat itu kurang nendang’. Memasak memang bukan sekadar hobi bagi Sumi. Istri pensiunan pegawai PT Pos Indonesia ini sejak dulu memanfaatkan kepandaian­nya memasak untuk menambah pemasukan keluarga, H. Sjukur Bc.AP (69). Sumi, dibantu putra sulungnya, Joko Ervianto (41), menerima pesanan kue dan makanan untuk arisan hingga pesta perkawinan. Namun, usaha ini masih bersifat industri rumahan. “Ketika akhirnya menemukan formula yang pas untuk bolu ku­kus cokelat itu, katering kami mulai menawarkan kue itu kepada pelanggan,” tutur Atin Djukarniatin (41), istri Joko, yang ikut serta membesarkan toko kue ini. Menurut Atin, ketika ditawarkan kepada konsumen katering­nya, kue cokelat itu langsung jadi favorit. Rupanya, tekstur lem­but dan paduan rasa cokelat yang mantap, membuat kue ini gampang disukai. “Banyak orang yang kemudian mulai memesan kue, yang dulu hanya disebut kue bolu cokelat saja,” tutur Atin. Joko, yang melihat potensi pasar kue itu, mengeluarkan kue tersebut dari daftar salah satu menu dalam katering, menjadi produk yang berdiri sendiri. “Akhirnya, agar lebih dikenal orang, kami men­cari nama jenis kue yang baru ini. Lalu, tercetuslah nama brownies kukus,” ujar Atin. Mengapa brownies kukus? Menurut Atin, karena tekstur kue dan warnanya yang cokelat pekat ini mirip tekstur kue brownies. Selain itu, nama brownies kukus lebih mengena di telinga calon konsu­men sehingga mereka penasaran mencicipinya. Setelah mendapatkan nama brownies kukus, awal tahun 2000 Joko dan Atin membuka sebuah kios kaki lima di kompleks pertokoan Metro, Margahayu, Bandung, untuk menjualnya. Meski disukai kon­sumen katering, ketika pertama kali ‘dijual bebas’, brownies kukus itu kurang menarik minat pembeli.”Orang yang lewat memang meno­leh dan penasaran dengan nama brownies kukus, namun tidak banyak yang membelinya,” ujar Atin. Tak kurang akal, Atin lalu menjual kue itu dalam bentuk kue po­tong seharga Rp1.000 per potong. Dengan cara ini, ternyata bisa laku 150-250 potong atau 3-5 loyang ukuran 24 x 24 cm. Sayangnya, usaha yang baru berkembang ini tak bisa bertahan, karena pertokoan Metro terbakar.Akibatnya, kios brownies kukus pun ikut tergusur dan pindah ke J1. Tata Surya 11, yang masih terletak di kompleks yang sama. Anehnya, pindah lokasi di perumahan bukannya meredupkan rezeki, malah menjadi titik terang bisnis brownies kukus ini. Di sini, keuntungannya justru berlipat ganda. 

Bisnis Keroyokan Keluarga
Sukses menggaet pelanggan baru membuat Joko berpikir untuk memberi brand agar lebih komersial. “Kami lalu terpikir meng­hidupkan kembali CV (commanditaire vennootschap) Amanda, per­usahaan yang pernah dimiliki Ibu, ketika masih memiliki usaha kantin dan salon potong rambut,” tutur Atin. Tahun 2001, kue itu punya nama resmi, yaitu Brownies Kukus Amanda. Dalarn terminolo­gi Sumi, Amanda adalah akronim dari Anak Mantu Damai atau anak dan menantu harus selalu hidup rukun dan damai. Joko, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung, juga menaruh nama Brownies Kukus Amanda pada kardus pembungkus, agar lebih profesional. Setelah itu, hanya mela­lui promosi darn mulut ke mulut, pamor kue ini melesat. Pembeli berdatangan dan rela antre, terutama menjelang Lebaran. Minat pembeli ini membuat mereka kewalahan. Maklum, mereka hanya menuliki 3 kompor yang masing-masing untuk mengu­kus satu loyang. Akhirnya, Joko bereksperimen. Dengan bantuan seorang tukang, is mendesain kukusan yang memuat 6 loyang untuk satu kali mengukus. Kocokan adonan pun dibuat khusus, sehingga bisa mengocok untuk 6 resep sekaligus. Tahun 2002, mereka pindah ke Jl. Rancabolang No.2 di kawasan yang sama, karena toko yang lama sudah terasa sesak. “Toko yang sekaligus rumah produksi itu hanya berupa bangunan tripleks seluas 4×6 meter,” ujar Ann. Pada periode ini, Brownies Kukus Amanda sudah tenar sebagai oleh-oleh bagi warga Bandung yang hendak bepergian ke luar kota. “Kami benar-benar stres karena tidak mampu memenuhi per­mintaan pembeli. Tidak jarang kami harus menghadapi kemarahan dan caci-maki calon pembeli, yang sudah jauh jauhdatang, tetapi tidak kebagian kue,” tutur Atin. Masalah itu lagi-lagi diselesaikan Joko dengan mendesain kocokan untuk 20 resep dan kukusan superbesar yang bisa memuat 50 loyang. Tak lama kemudian, Joko juga berhasil mendesain kocokan untuk 300 resep. Setelah itu, permintaan akan Brownies Kukus Amanda jadi tidak terbendung lagi. Tak hanya di Bandung, namanya pun tenar jauh ke luar kota. Kue ini seolah menjadi oleh-oleh wajib bagi orang­orang yang berkunjung ke Bandung. Dalam sehari, meski mengaku tidak mengetahui jumlah pastinya, Atin menyebut angka seribu lebih kue habis terjual. Karyawannya pun kini sudah mencapai 200 orang. Selain sukses mendongkrak penjualan, cita-cita Sumi yang tersu­rat dalam nama Amanda juga terkabul. Semua anak dan menantu pasangan Sumi dan Sjukur ikut mengelola bisnis ini dan semuanya hidup rukun. Joko yang menjabat sebagai direktur utama, meminta adik-adiknya, Andi Darmansyah dan Sugeng Cahyono, me­ngelola 4 cabang resmi yang ada di Bandung, yaitu di jl. Cikawao, Antapani, Hyper Square Pasir Kaliki, dan toko mobil di JI. Dago. “Hanya adik ipar saya yang bungsu, Rizka, masih belum tertarik terjun dalam bisnis ini,” ujar Atin. Awal tahun 2004, pusat toko mereka pindah ke bangunan perma­nen dua lantai dan berhalaman lapang yang megah di JI Rancabolang No 29, Margahayu, Bandung. Andi dan Sugeng juga ditarik ke kantor pusat untuk memegang jabatan sebagai direktur keuangan dan direktur operasional. Sementara itu, pabrik pembuatan Brownies Kukus Amanda tetap di JI. Rancabolang 2. Tahun ini pun Amanda akan membuka cabang barn di Surabaya dan Bogor. 

SUDAH DIPATENKAN 
Walaupun awalnya hanya industri kecil dengan skala rumahan, Brow­nies Kukus Amanda kini dikelola dengan prinsip manajemen modern. Setidaknya, itu terlihat pada upaya untuk membuat pengembangan produk, antara lain adanya 4 rasa barn untuk mendampingi brownies kukus rasa orisinal, yaitu cheese cream, blueberry, tiramisu, dan choco mar­ble sebagai topping. Karena hanya topping, rasa kue orisinal tetap bisa dinikmati pada lapisan bawahnya. Harga Brownies Kukus Amanda kini antara Rp19.500 hingga Rp29.000. Pengembangan rasa baru ini, kata Atin, sebagai upaya untuk pe­nyegaran dan memberi rasa alternatif pada pelanggan. Empat rasa itu didapat CV Amanda sebagai hasil kerja sama dengan Akademi Pariwisata NHI (National Hotel Institute) Bandung. Meski begitu, Sumi masih menjadi konsultan untuk soal kelayakan rasa barn itu, sebelum dilempar ke pasaran. Brownies Kukus Amanda ini sudah dipatenkan, \.meski Atin mengakui, soal hak paten di Indonesia masih belum punya `gigi’. Atin melihat, banyak pengekor kesuksesan Amanda ramai-ramai mengeluarkan produk bernama brownies kukus. Hal lain yang membuat manajemen Amanda gemas adalah banyaknya penjual Brownies Kukus Amanda ‘liar’ di pinggir jalan seantero Bandung. “Memang, mereka membeli putus dari kami untuk dijual lagi. Tapi, kami tetap dirugikan, karena tidak bisa mengontrol kualitasnya,” ujar Atin. Ia bercerita, pihaknya sering menerima pengaduan konsumen, yang mendapatkan kue tidak layak makan.”Karena itu, kami mengimbau agar membeli di toko resmi saja, Untuk mengatasi hal tersebut, CV Amanda kembali meminta polisi untuk melakukan razia.Ternyata, hanya berhenti sementara. Setelah itu, penjual pinggir jalan itu kembali lagi. “Kami pun akhirnya menyerah. Anggap saja kami berbagi rezeki dengan orang lain,” kata Atin, tersenyum.


KESIMPULAN :
  1. Kesuksesan dalam menciptakan resep Brownies Kukus saat ini dimulai dari beberapa percobaan untuk menciptakan resep yang tidak kenal lelah.
  2. Seringkali gerbang kesuksesan terbuka lewat hobby yang dijalankan dengan tekun serta cermat dalam melihat peluang bisnis
  3. Sebuah bisnis yang dikelola secara profesional akan melahirkan hasil yang lebih optimal daripada bisnis yang dikelola secara konvensional
  4. Adalah baik merayakan kesuksesan, tetapi yang lebih penting adalah memperhatikan pelajaran-pelajaran dari setiap kegagalan

 

Kisah Sukses Sebagai Pegawai

Di Bandung, Jawa Barat, Dada Rosada bisa dikatakan salah seorang pegawai yang sukses menata karir di jalur birokrasi. Sampai saat ini Beliau menjabat sebagai Bandung 1 atau Walikota Bandung. Dada Rosada di lahirkan dari pasangan Bapak Abas Totong dan Ibu Oyeh. Bapak Totong adalah seorang petani di daerah Ciparay Kabupaten Bandung. Kang Dada, beliau biasa di panggil, lahir pada hari Kamis malam Jum’at tanggal 29 April 1947 di sebuah kampung Bojong Empang Desa Ciparay yang letaknya kurang lebih 22 KM dari Kota Bandung. Walaupun Bapak Abas, Ayah Kang Dada tidak memiliki berpendidikan yang tinggi, namun memiliki visi pendidikan yang kuat terhadap anak semata wayangnya dengan menyekolahkan di Sekolah Rakjat Negeri Ciparay. Setamatnya di Sekolah Rakjat beliau melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri Majalaya lalu diteruskan ke SMPN 4, Jl. Samoja, Cikudapateuh, Bandung. Kemudian Beliau melanjutkan ke SMAN 3 Bandung yaitu salah satu sekolah favorit di Bandung dimana banyak lulusan dari sekolah tersebut yang saat ini sukses dalam karirnya. Salah satu dari mereka adalah Adang Daradjatun (Mantan Wakapolri), Didi Petet, Armida Alisjahbana (Kepala BPPN), Farhan (Artist), Purwacaraka (Musisi), dll.
Karir beliau sebagai birokrat di mulai ketika menjadi staff Investment Board Kotamadya Bandung pada tahun 1973. di sela-sela kesibukannya, beliau menyelesaikan Studi S-1 di Fakultas Hukum Jurusan Perdata Universitas Islam Nusantara (Uninus) pada tahun 1983 dan melanjutkan pasca sarjana di Magister Kebijakan Publik LAN-Unpad Bandung dan lulus tahun 1998.
Figur Dada Rosada yang low profile dan berjiwa besar sangat kentara ketika diberhentikan secara tiba-tiba dari jabatannya sebagai Sekretaris Daerah Kota Bandung pada tahun 2002 oleh Walikota saat itu, H. AA. Tarmana. Walau ada kesempatan untuk membawa kejadian tersebut ke Pengadilan Tata Usaha Negara namun beliau tidak menggunakan kesempatan tersebut. Secara tegas Kang Dada mengatakan bahwa keputusan Walikota tersebut harus dihormati.
Jiwa besar yang dimiliki oleh Kang Dada akhirnya mangantarkan Beliau terpilih menjadi Walikota Bandung  periode tahun 2004 - 2009. Jabatan Walikota Bandung yang disandang Kang Dada tidak membuatnya dapat tertidur nyenyak. Berbagai persoalan Kota Bandung yang senantiasa membutuhkan kerja ekstra seringkali memaksa Kang Dada tertidur larut malam dan harus terbangun di pagi buta. Namun sedikitpun ia tidak pernah mengeluh demi menyadari betapa besar harapan warga Kota Bandung akan terwujudnya Kota Bandung yang Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat, dan Bersahabat). Jerih payahnya dalam mengemban amanat sebagai Walikota Bandung Periode 2004 - 2009 bukanlah tanpa hasil. Ditengah hujatan para pengkritiknya dan sanjungan para pendukungnya, Kang Dada selama 5 tahun memimpin Kota Bandung bersama-sama dengan seluruh komponen warga Kota Bandung telah meraih berbagai keberhasilan. Dada Rosada mencalonkan diri kembali sebagai Walikota Bandung untuk yang kedua kali. Ia terpilih sebagai wali kota Bandung periode 2009-2014.
Sejak menerima amanat sebagai Walikota Bandung tahun 2004, telah banyak capaian, yaitu 80 penghargaan dalam negeri, 7 penghargaan luar negeri dan 40 lebih keberhasilan yang telah diraih. Harus di akui memang oleh semua pihak, bahwa seluruh program pembangunan di Kota Bandung tidak semata upaya Kang Dada, melainkan kerjasama berasma seluruh komponen masyarakat warga kota Bandung, dengan segala kelebihan dan kekurangan beliau, juga pendukung dan pengkritiknya, semua memberikan keyakinan langkah seorang Dada Rosada untuk terus menapaki jalan panjang dan berliku dalam menata Kota Bandung.


Kesimpulan :   
  1. Dunia pegawai negeri merupakan dunia pengabdian. Semua kegiatan yang dilakukan pegawai negeri wajib mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan golongan atau diri sendiri, dan salah satu kepentingan negara yang utama adalah memajukan kesejahteraan umum.
  2. Sukses dalam arti ideal yaitu menjadi pegawai yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum tanpa menjual kehormatan dan martabatnya sebagai pegawai. 
  3. Kenaikan jabatan adalah promosi yang diberikan kepada pegawai sebagai penghargaan (reward) atas prestasi, disiplin dan produktifitas.

About Me

My photo
Bandung, West Java, Indonesia