Wednesday, July 15, 2009

What is in a Name ?

Ketika Juliet berdiri di jendela rumahnya, di bawah sinar rembulan pada abad keenam yang lalu, seraya berbisik keadalam benaknya : “Apa pentinganya nama yang disandang kekasihnya? Apa pentingnya seseorang mempunyai nama apa pun? Sesungguhnya nama seseorang bukanlah bagian dari badannya. Bukan seperti tangan dan kaki, tidak juga wajah. Mawar, jika kita memberinya nama lain tetap saja member aroma harum yang sama.”

Pada saat Juliet berbisik demikian, Romeo muncul dari balik pepohonan lebat dan berkata kepadanya : “Nama ku tidak penting dan nama apapun tidak penting. Sejak saat ini saya tidak memiliki nama, nama saya tidak lain kecuali ‘Aku adalah kekasihmu’ “

Dikalangan kaum Muslim, juga umat-umat yang lain nama tidak terlalu penting. Nama tidak terlalu penting kecuali di kalangan orang-orang Yahudi. Beberapa waktu yang lalu organisasi-organisasi keagamaan Yahudi di Israel mengalami suatu problem. Sebabnya adalah nama sekedar nama. Kisahnya seperti berikut :

Salah seorang hakim kawin dua kali. Dalam agama Yahudi tidak ada larangan untuk kawin lebih dari sekali, tidak juga berpoligami. Tetapi sang hakim itu mengawini dua orang janda dalam dua kali perkawinannya itu. Agama Yahudi tidak melarang seorang hakim mengawini janda, baik yang dicerai maupun yang ditinggal mati suaminya. Tidak ada keberatan dari sisi ajaran agama Yahudi untuk kawin sebagaimana disukai. Tetapi problema lahir karena nama hakim itu. Namanya Hayem Kohen. Kohen dalam bahasa Ibrani sama dengan Kahin (dalam bahasa arab) yang berarti “Pendeta”.

Setiap orang yang ditemukan pada namanya kata Kohen, maka itu berarti bahwa dia keturunan Harun saudara Nabi Musa as. Dalam Taurat disebutkan bahwa Harun dan anak-anaknya adalah pendeta-pendeta yang mengabdi pada Tuhan putra putrid Israil dank arena itu semua keturunan Harun menyandang nama Kohen. Semua Kohen harus diperlakukan dengan perlakuan khusus oleh orang-orang Yahudi. Pertama bahwa dia tidak kawin kecuali dengan gadis; tidak boleh kawin dengan perempuan yang bercerai (janda karena kematian suami atau karena perceraian). Semua Kohen harus diperlakukan dengan perlakuan terhadap orang-orang suci atau disucikan. Dan kalau dia Pendeta maka Taurat secara rinci menjelaskan bagaimana seharusnya pakaiannya, warnanya, lebarnya, jumlah batu-batu berwarna yang harus diletakan pada rompi pakaiannya, ukuran dan jenis bahan pakaian dalamnya. Kancing-kancing bajunya pun harus berjumlah dua belas buah sama dengan jumlah anak-anak Ya’kub (Israil).

Ada lagi syarat-syarat sebanyak 150 syarat yang harus dipenuhi oleh Kohen (Pendeta). Dia harus bebas dari luka dan bekas-bekas luka, tidak boleh dioperasi, tidak boleh mencukur bulu-bulu badannya. Dengan demikian dia tidak boleh menggunakansilet guna membersihkan jenggotnya. Ini untuk menghindarkannya dari luka. Karena kalau dia luka dia tidak boleh lagi menjadi pendeta. Bahkan lebih dari itu, hidungnya tidak boleh labih panjang daripada jari kelingkingnya. Ini semua berkaitan dengan pendeta.

Adapun keturunan Nabi Harun yang tidak menjabat fungsi keagamaan maka dia harus diperlakukan dengan perlakuan khusus sekali. Isterinya yang menghidangkan untuknya air, makanan, alas kaki. Dia tidak boleh melakukan suatu pekerjaan karena dia adalah keturunan Harun.

Karena itulah maka Hayem Kohen –yang disebut diatas—telah melakukan dosa besar dua kali. Dia sekarang ini hidup dalam dosa terbesar dalam kepercayaan Yahudi dan karena itu pula dia tidak mempunyai hak untuk menjadi Kohen, anak-anak nya pun demikian.

Ketika kita menertawai orang Yahudi dan memilih dari semua nama-nama mereka –nama Kohen—maka dalam pilihan itu kita telah memilih nama yang paling mulia di sisi mereka dan paling suci dalam pandangan agama Yahudi.

Pertanyaan yang diajukan oleh Juliet dari jendela rumahnya enam abad yang lalu di Italia : Apa pentingnya sebuah nama? Jawabannya bagi orang Yahudi adalah : Tiada batas kepentingannya jika nama itu adalah Kohen. Tetapi alangkah indah pertanyaan Juliet, alangkah agung kasusnya, alangkah berat dan menyedihkan jawabannya, dan alangkah buruk juga bodoh jawaban orang Yahudi.

DIkutip dari : Yang Ringan Yang Jenaka - M Quraish Shihab



No comments:

About Me

My photo
Bandung, West Java, Indonesia